Mayoritas Millenial dan Gen Z Pasti Tidak Sanggup Beli Rumah

Generasi muda yang sering disebut Gen Z yang lahir dari tahun 1997 sampai 2012 dan Millenial Muda yang lahir dari tahun 1991 sampai 1996 ( Millenial Tua adalah yang lahir dari tahun 1981 sampai 1990 ) adalah generasi yang mayoritas tidak sanggup membeli rumah dan akhirnya tidak memiliki rumah .

@swacasa

Apakah kalian salah satu muda-mudi Yogya yang ngalamin hal ini? Coba sharing dong pendapat kalian di komen!#kotagudeg #yogyakartaistimewa #fyp #swacasa #tanpakepentingan

♬ original sound – Adie Nugro – Adie Nugro
Tidak hanya generasi muda di Jabotabek yang tidak sanggup membeli rumah karena gaji tidak sepadan dengan biaya hidup, generasi muda di kota yang biaya hidupnya rendah seperti Yogyakarta pun tidak sanggup membeli rumah.

Alasannya adalah karena tingkat ekonomi semakin membaik sehingga Generasi Tua yang disebut Gen X yang lahir dari tahun 1980 sampai 1980 masih bercokol di jabatan masing masing di pekerjaan dan belum mau pensiun sehingga yang generasi Millenial dan Gen X tidak bisa naik jabatan sehingga alhasil tidak bisa naik gaji. Ekonomi yang membaik di era internet membuat Generasi Tua yakni Gen X badan masih sehat dan umur panjang sehingga tidak mau mundur dari pekerjaan dan jabatan mereka.

Generasi Baby Boomer yang lahir dari tahun 1945 sampai 1965 masih sehat dan tidak mau melepaskan rumah tinggal mereka yang biasanya berada di pusat kota atau di dalam kota sehingga pasokan properti di dalam kota langka dan menyebabkan harga properti di dalam kota mahal sekali . Harga properti yang mahal di dalam kota , membuat semua generasi muda terpaksa hanya sanggup membeli properti di pinggiran kota dan alhasil karena permintaan rumah di pinggiran kota tinggi maka harga rumah di pinggiran kota juga jadi mahal.

Generasi muda yang jadi karyawan tentunya hanya bisa membeli rumah dengan cara mencicil alias KPR alias hutang ke bank karena gaji membatasi kemampuan membeli rumah .

Untuk bisa membeli rumah , generasi muda harus memiliki gaji yang layak dan untuk memiliki gaji yang layak harus naik jabatan. Nah semua itu tidak mungkin terjadi . Strutktur organisasi perusahaan dibuat berlapis lapis sehingga generasi muda bisa bercokol lama di satu posisi dan jabatan baru bisa naik posisi dan jabatan .

Jadi kalau ada memutuskan dan memantapkan diri anda untuk menjadi karyawan sampai usia tua , maka siap siap anda hanya bisa gigit jari melihat orang lain membeli rumah karena pasti anda tidak akan sanggup untuk membeli rumah.

KIRIM WHATSAPP KE KAMI!

Whatsapp : 082187328732

Gaji Dipotong , Pasrah Saja Deh

Di saat pandemi Covid 19 ini , banyak sekali karyawan yang gajinya dipotong.

Ada karyawan yang kena potong gaji 20 persen, ada karyawan yang kena potong gaji 50 persen, ada karyawan yang kena potong gaji 90 persen, bahkan ada karyawan yang dirumahkan alias unpaid leave .

Banyak karyawan yang sudah berbulan bulan mengalami pemotongan gaji. Bahkan banyak karyawan yang sudah berbulan bulan tidak digaji.

Perusahaan menyatakan mengalami efek dari pandemi Covid 19 yang mengakibatkan omzet menurun dan laba menurun bahkan rugi.

Biaya harus dikurangi kalau perusahaan mengalami penurunan omzet dan salah satu komponen biaya adalah biaya gaji karyawan. Tujuannya agar perusahaan tidak merugi ataupun kalau rugi maka tidak bengkak ruginya.

Masalahnya adalah bos pemilik perusahaan barusan beli mobil baru di awal tahun, barusan beli rumah baru di awal tahun, barusan punya bini baru di awal tahun . Tapi pemotongan gaji itu adalah trend yang harus diikuti , kalau tidak diikuti bisa malu dengan perusahaan yang lain yang juga melakukan pemotongan gaji.

Apa yang dilakukan seorang karyawan kalau gajinya dipotong ?

PASRAH adalah hal yang dilakukan seorang karyawan.

Karyawan yang mengalami pemotongan gaji berusaha berhemat dalam menjalani hidup sehari hari. Beras tidak boleh sembarangan disawer sawerin buat kasih ayam makan. Harus dihemat.

Bagi karyawan yang sudah berkeluarga, begitu gaji dipotong 50 persen , maka les anak anak distop, biaya listrik dihemat, biaya makan dihemat, biaya untuk hal hal yang bersifat rekreasi dan hiburan dihemat. Kalau perlu uang sekolah dinegosiasi ulang.

Bahkan ada karyawan yang untuk menghemat biaya , berpindah dari rumah besar ke rumah kecil bahkan ke apartemen ukuran 4 L ( Lu Lagi Lu Lagi ) demi menghemat biaya sewa.

Mobil pun kalau perlu diganti ke ukuran mobil yang lebih kecil dan lebih murah , bahkan diganti jadi motor biar hemat.

Karyawan yang dipotong gajinya bahkan masih berpikir untung . Untung tidak dipecat, untung tidak diphk , untung tidak dirumahkan, untung masih digaji walaupun dipotong.

Beban kerja tidak berkurang walaupun gaji dipotong. Bahkan beban kerja mungkin bertambah karena jumlah karyawan berkurang padahal beban pekerjaan tetap sama tapi dibagi ke jumlah karyawan yang semakin sedikit. Bahkan karena banyak yang menganut kebiasaan WFH ( work from home ) selama pandemi Covid 19, zoom meeting kantor tetap dilakukan di luar jam kerja , bahkan di akhir pekan, sehingga waktu kerja bertambah habis habisan tanpa mengenal waktu pribadi lagi karena rumah mendadak berubah menjadi tempat bekerja. Bayangkan sudah gaji dipotong, beban kerja bertambah, waktu kerja menjadi setiap saat walaupn di luar jam kantor.

Rata rata karyawan menghadapi kondisi penurunan penghasilan karena gaji dipotong ini dengan bersikap pasrah. Tidak ada upaya apapun untuk menambah penghasilan. Paling banter mencoba jualan makanan makanan kecil atau kuliner rumahan yang menghasilkan uang receh karena ditawarkan ke sesama teman kantor yang juga mengalami pemotongan gaji sehingga daya beli mereka juga menurun.

Tidak ada terobosan spektakuler yang dilakukan oleh karyawan yang dipotong gajinya untuk mendobrak kebuntuan penurunan penghasilan. Pasrah adalah sikap terbaik yang diambil oleh karyawan yang kena pemotongan gaji.

Harapan terbaik dari karyawan adalah gajinya dipulihkan ke angka sebelum dipotong. Boro boro berani mimpi naik gaji. Gaji dipulihkan saja sudah bersyukur banget.

Jadi karakter utama karyawan adalah pasrah.

Seperti apa kita dilahirkan adalah takdir

Seperti apa kita bertumbuh adalah proses

Seperti apa kita di masa tua adalah keputusan

Dimulai dari keputusan hari ini , apa saja yang akan kamu lakukan ?

Anda bisa hubungi :

Yan – Asuransi Allianz

Whatsapp : 0821 8732 8732

Email : bahagia@berbahagia.com

Sudah Dewasa, Masih Tinggal di Rumah Orang Tua?? Alamakkkk

Anda sudah dewasa , sudah lulus sekolah. Sudah bekerja . Bahkan sudah menikah dan sudah memiliki anak. Tapi masih tinggal di rumah orang tua dan tinggal bersama orang tua ? Orang tua sehat walafiat dan masih bugar.

Anda tidak punya duit untuk beli rumah sendiri dan hidup mandiri tanpa nebeng di rumah orang tua ?

Anda sudah beli rumah tapi rumah anda ada di pinggiran Jakarta yang macetnya bisa berjam jam pergi dan pulang dari tempat anda kerja , sehingga anda masih nebeng tinggal di rumah orang tua ?

Anda anak tunggal sehingga anda tidak diperbolehkan jauh dari orang tua dan harus ada di sisi orang tua anda setiap saat ?

Anda tidak punya suster untuk menjaga anak anak anda, sehingga dengan tinggal bersama orang tua anda memiliki orang tua untuk menjaga anak anak anda ?

Jangan bilang usia anda sudah memasuki 40 tahun , anda bukan anak tunggal , anda sudah cari uang sendiri tapi masih nebeng tinggal di rumah orang tua bersama orang tua anda . Kalau ini yang terjadi sih , kebangetan banget banget. Kalau anda punya uang untuk beli rumah sendiri di lokasi yang bagus , berarti anda pelit banget. Kalau anda bilang anda mengincar rumah orang tua anda untuk menjadi warisan yang jatuh ke tangan anda, anda sih tidak waras. Kalau anda bilang anda sayang banget dengan orang tua anda dan tidak bisa hidup tanpa ditemani orang tua anda, berarti ada yang salah dengan derajat kedewasaan anda.

Kalau anda bukan anak tunggal yang tidak diperbolehkan hidup jauh dari orang tua ,maka pasti ada yang salah dengan anda.

Salah paling utama dengan anda umumnya cuma satu yakni anda bokek. Bokek tidak mampu membeli rumah yang lokasinya strategis yang dekat dengan tempat anda mencari nafkah. Bokek yang lebih parah adalah benar benar uang yang anda hasilkan tidak cukup untuk membeli rumah sendiri.

Yang paling parah kalau anda dewasa, sudah nebeng dengan orang tua, sudah menikah dan punya anak anak, tidak pernah memberi uang kepada orang tua, tapi malah nebeng ikut makan di rumah orang tua, nebeng gratis tanpa ikut bayar biaya listrik dan air. Itu sih lebih parah daripada cerita anak durhaka malin kundang. Kalau malin kundang tidak mengakui orang tuanya , artinya malin kundang tidak bikin susah secara keuangan ke orang tuanya karena tidak nebeng hidup di rumah orang tuanya.

Apa yang menyebabkan anda masih nebeng tinggal di rumah orang tua ? Anda kadung dan terlanjur nyaman menjadi karyawan yang penghasilannya segitu segitu saja dan waktu anda sudah habis untuk bekerja karena perusahaan tempat anda bekerja dan bos anda sudah membeli waktu anda dengan memberikan anda gaji bulanan, sehingga anda tidak punya waktu lagi untuk mencari penghasilan tambahan?

Kalau itu jawabannya , anda memang malas tingkat dewa. Anda nebeng tinggal di rumah orang tua, anda nyaman jadi kuda – eh sorry maksudnya jadi karyawan yang penghasilannya segitu gitu aja dan anda sudah tidak punya impian dalam hidup anda.

JIka begitu pilihan anda, selamat nebeng seumur hidup anda tinggal di rumah orang tua. Orang tua anda tidak akan abadi mengikuti anda seumur hidup anda, tapi andalah yang harus menjalani hidup anda sampai akhir hayat anda.

Seperti apa kita dilahirkan adalah takdir

Seperti apa kita bertumbuh adalah proses

Seperti apa kita di masa tua adalah keputusan

Dimulai dari keputusan hari ini , apa saja yang akan kamu lakukan ?

Anda bisa hubungi :

Yan – Asuransi Allianz

Whatsapp : 0821 8732 8732

Email : bahagia@berbahagia.com

Hidup Mengandalkan Gaji , Harus Pintar Berhemat , Sudah Berhemat , Eh Kena PHK

Disaat pandemi Covid-19 ini , banyak karyawan yang harus berhemat.

Kenapa harus berhemat ?

Kalau biasanya suami isteri sama sama bekerja , mungkin salah satu sudah tidak bekerja.

Kalau biasanya dapat gaji penuh , mungkin saat ini gaji sudah dipotong.

Kalau biasanya sibuk kerja dan digaji, mungkin sekarang sudah dirumahkan. Bahasa kerennya unpaid leave. Jabatan tetap sama tapi tidak terima gaji karena tidak perlu ngantor lagi, tapi tidak di PHK. Jadi kayak orang pacaran di PHP in.

Saya di lapangan sudah bertemu banyak cerita hidup karyawan di era pandemi Covid-19. Bukan cerita orang , tapi teman teman sendiri bahkan saudara sendiri.

Ada yang kerja di group restoran ( bahasa kerennya F&B), jabatan manajer , gaji puluhan juta , sekarang dirumahkan tanpa digaji.

Ada yang jadi GM Hotel berbintang , Gaji di atas 50 juta per bulan, sekarang dirumahkan tanpa digaji.

Ada manajer perusahaan penerbangan yang sudah bergaji di atas 30 juta rupiah , sekarang hanya dibayar sebesar gaji UMR.

Ada karyawan yang bekerja di biro perjalanan wisata besar, gaji dipotong 90 persen dan hanya dibayar 10 persen saja.

Ada karyawan yang pembayaran gajinya sudah ditunda , dijanjikan tetap digaji tapi tidak pernah dibayar lagi.

Banyak karyawan yang tidak tahan di PHP in , jabatan tetap sama tapi dirumahkan tanpa digaji atau digaji hanya 10 persen saja , akhirnya mengundurkan diri.

Yang paling banyak pastinya yang di PHK.

Dari awal pandemi Covid-19 pastinya karyawan karyawan sudah bisa melihat tanda tanda perusahaan tempatnya bekerja terimbas habis efek pandemi Covid-19. Dari gaji dipotong 20 persen , bulan berikutnya dipotong 30 persen, bulan berikutnya dipotong 50 persen ,bulan berikutnya dipotong 90 persen dan akhirnya di PHK. Itu rasanya seperti memiliki bisul di pantat yang makin hari makin besar dan akhirnya bisul tersebut pecah. Itu rasanya menjalani kehidupan sebagai karyawan yang mengalami dari gaji dipotong sampai akhirnya di PHK.

Yang lebih sakit lagi rasanya adalah kalau si karywan berjuang bersama pemilik perusahaan dari awal perusahaan berdiri dan ikut membesarkan perusahaan , bekerja keras dan loyal ke perusahaan selama berpuluh puluh tahun, dan akhirnya di PHK. Itu rasa sakitnya seperti bisul besar yang tumbuh di selangkangan dan akhirnya pecah.

Disaat pandemi Covid-19 ini , yang berusia tua harus mengorbankan diri dengan di PHK terlebih dahulu. Kenapa ?

Karena yang berusia tua di perusahaan , umumnya diatas 45 tahun pasti sudah bekerja di perusahaan puluhan tahun dan gaji pasti sudah besar dibandingkan yang masih yunior , sehingga untuk menghemat biaya dan memperpanjang nafas perusahaan supaya tetap bertahan hidup , maka yang tua tua ini yang sudah bekerja puluhan tahun yang harus di PHK dulu.

Sialnya yang usia tua tua ini, umumnya di atas 45 tahun sudah kadung terlena sebagai karyawan , tidak punya inisiatif untuk menambah teman baru selama jadi karyawan , sehingga teman temannya muter muter hanya teman sekantor.

Sialnya lagi , yang tua tua ini tidak menambah ilmu baru diluar hal yang dia kerjakan di perusahaan sehingga tidak bisa mencari pekerjaan lain di luar hal yang dia kuasai. Rata rata karyawan itu menjadi spesialis , artinya lulus kuliah dan bekerja sesuai jurusan yang dia tempuh saat kuliah. Misal lulusan akuntansi, bekerja di bidang akuntansi. Lulusan teknik bekerja di bidang teknik . Jadi pas di PHK , lulusan akuntansi tidak bisa cari kerja di luar bidang akuntansi , lulusan teknik tidak bisa cari kerja di luar bidang teknik.

Mana ada karyawan yang atas inisiatif sendiri menambah ilmu . Pastilah karyawan menambah ilmu karena diperintahkan perusahaan seperti ikut training atau seminar .

Mana ada karyawan yang atas inisiatif sendiri menambah teman teman baru. Pastilah karyawan melihat weekend dan hari libur sebagai hari kebebasan untuk bersantai dan malas bersosialisasi menambah teman teman baru.

Mana ada karyawan yang atas inisiatif sendiri mencari tambahan penghasilan diluar gaji dari perusahaan. Pastilah semua menyiasati gaji agar cukup untuk biaya hidup.

Saat ini sebagian karyawan yang di PHK atau di potong gajinya atau dirumahkan mencoba mencari penghasilan dengan membuat makanan , kue , makanan kecil dan menawarkan via whatsapp group , instagram ,facebook .

Masalahnya rata rata karyawan yang di PHK , dipotong gajinya atau dirumahkan melakukan hal yang sama . Jadi yang ada adalah penjual dadakan makanan,kue , makanan kecil menjadi banyak . Rasa juga belum tentu enak karena terbiasa di depan komputer atau di depan mesin, tiba tiba harus di dapur mengolah makanan atau kue. Dan pembeli juga tidak mungkin melakukan pesanan berulang ulang karena yang jualan juga mendadak bejibun banyak sehingga pembeli memiliki banyak pilihan. Dan anehnya rata rata makanan , kue , makanan kecil yang ditawarkan mirip mirip , jadi tidak ada yang stand out of the crowd dan bisa beralih profesi menajdi pebisnis makanan.

Ya, apa mau dikata lagi. Itulah nasib karyawan di era pandemi Covid-19.

Seperti apa kita dilahirkan adalah takdir

Seperti apa kita bertumbuh adalah proses

Seperti apa kita di masa tua adalah keputusan

Dimulai dari keputusan hari ini , apa saja yang akan kamu lakukan ?

Anda bisa hubungi :

Yan – Asuransi Allianz

Whatsapp : 0821 8732 8732

Email : bahagia@berbahagia.com

Apa Jabatan Tertinggi Seorang Karyawan ?

Semua orang yang menjadi karyawan pasti memiliki keinginan untuk mencapai puncak karir yakni menjadi Presiden Direktur.

Dalam hirarki jabatan di sebuah perusahaan, jabatan Presiden Direktur adalah jabatan tertinggi yang bisa diberikan ke seorang karyawan . Istilah kerennya CEO Chief Executive Officer.

Kalau tidak mencapai level presiden direktur , minimal mencapai level direktur.

Anda yakin jabatan tertinggi seorang karyawan adalah presiden direktur ?

Jabatan tertinggi seorang karyawan adalah di pecat atau dipaksa mengundurkan diri . Itulah sejatinya jabatan tertinggi seorang karyawan.

Karyawan tidak punya saham di perusahaan. Karyawan adalah orang gajian yang hidup dari gaji yang dibayarkan kepadanya oleh pemilik perusahaan.

Walaupun menjabat sebagai presiden direktur , tetap bisa dipecat oleh pemilik perusahaan jika pemilik perusahaan sudah merasa tidak cocok dengan si presiden direktur.

Walaupun menjabat sebagai presiden direktur, tetap bisa dipaksa mengundurkan diri oleh pemilik perusahaan jika pemilik perusahaan sudah merasa tidak cocok dengan si presiden direktur.

Level presiden direktur sekalipun bisa dipaksa mengundurkan diri karena aturan pensiun di perusahaan yang hanya memperbolehkan karyawan bekerja sampai usia 55. Jadi dipaksa mengundurkan diri karena peraturan.

Level presiden direktur sekalipun bisa dipecat atau dipaksa mengundurkan diri kalau anak dari si pemilik mengambil alih tampuk kepemilikan dan melakukan cuci gudang atas karyawan karyawan generasi orang tuanya.

Pemilik perusahaan tetap bercokol di perusahaan yang dimilikinya , bahkan sampai akhir hayatnya tetap bercokol di perusahaan miliknya.

Mau bukti ?

Ratu Elizabeth dari Negara Inggris sampai hari ini di usia 94 tahun masih menjadi Ratu sedangkan perdana menteri Inggris sudah berganti puluhan orang. Dari tahun 1953 sampai sekarang masih menjadi ratu Inggris , sudah 67 tahun.

Mana mungkin ada karyawan yang bisa menjadi presiden direktur sampai 67 tahun di sebuah perusahaan ?

Pangeran Charles tetap disebut pangeran karena belum menjadi raja Inggris karena mama nya masih betah menjadi ratu Inggris , padahal umur pangeran Charles sudah 71 tahun , sudah bukan pangeran lagi harusnya tapi pangeran lansia harusnya.

Inggris berada di Eropa Barat , negara modern , tapi Inggris memberikan contoh bahwa hidup butuh keberuntungan, bukan kerja keras. Karena Pangeran William sebagai cucu kandung dari Ratu Elizabeth sudah otomatis menjadi Raja Inggris nantinya. Bukankah di perusahaan tempat anda bekerja hari ini juga begitu, anak pemilik yang masih muda , masih belum berpengalaman,baru lulus kuliah , langsung diberikan posisi direktur tanpa harus bersusah payah merangkak dari bawah dan tahu tahu sudah menjadi atasan anda dan si anak pemilik tahu tahu sudah memiliki sekian persen saham di perusahaan tempat anda bekerja.

Jadi masihkah anda yakin jabatan tertinggi seorang karyawan di perusahaan adalah Presiden Direktur ?

Anda bisa hubungi :

Yan – Asuransi Allianz

Whatsapp : 0821 8732 8732

Email : bahagia@berbahagia.com

Hidup sebagai karyawan di saat pandemi Covid 19

Hari ini sebagian dari anda yang menjadi karyawan/karyawati mengalami pemotongan gaji .

Ada yang dipotong 50 persen seperti di industri fashion , retail fashion .

Ada yang dipotong 90 persen seperti di industri travel . Ada perusahaan biro wisata yang memotong gaji karyawannya sampai 90 persen . Ada manajer perusahaan airlines yang memperoleh gaji sudah diatas 20 jutaan per bulan harus pasrah menerima gaji sebesar UMR saja sekarang.

Ada yang tidak diberikan gaji sama sekali namun tidak di PHK juga , bahasa kerennya adalah unpaid leave. Jadi pekerja kantoran atau white collar job tapi dibayar seperti buruh harian . Jadi disuruh tidak perlu ngantor dan selama tidak ngantor tidak dibayar sama sekali .

Sebagian besar dari karyawan/karyawati adalah orang yang mengarah ke kutub spesialis Misal jika dia lulus dari jurusan akuntansi , maka dia akan berkarir di dunia akuntansi .

Sebagian besar orang dalam hidupnya adalah spesialis sehingga menjadi label orang tersebut. Misalnya ada orang yang dari muda sales mobil , maka kalau mau beli mobil pasti ingat cari orang tersebut. Ada yang dari muda agen properti , maka kalau mau cari properti pasti cari orang tersebut. Ada yang dari muda berkarir di bank , maka kalau mau taruh dana atau mau pinjam dana pasti cari orang tersebut. Itu sudah menjadi aturan main dalam kehidupan.

Sedikit sekali orang yang menjadi generalis , artinya bisa berubah ubah keahlian sesuai situasi dan jaman.

Sebagian besar dari karyawan yang spesialis tersebut adalah workalcholic yang artinya mencurahkan sebagian besar dari hidupnya untuk pekerjaan.

Jadi 100 persen dari waktu di kehidupannya dicurahkan untuk pekerjaan.

Nah , di saat pandemi Covid 19 ini , sebagian besar karyawan/karyawati yang spesialis dan mencurahkan 100 persen waktunya untuk pekerjaan mengalami kondisi galau habis dan kacau habis.

Galau karena mendadak beban kerja berkurang sehingga bingung harus ngapain dan kacau habis karena mendadak gaji dipotong bahkan tidak digaji sehingga kondisi keuangan menjadi morat marit.

Ada hal yang tidak bisa dikembalikan lagi , tidak bisa dibeli namun sangat disia sia kan oleh karyawan/karyawati, namanya WAKTU.

Telepon telah berubah dengan cepat dari telepon rumah menjadi smartphone yang telah menggantikan banyak gadget seperti komputer, kamera,perekam,televisi,alat pembayaran sehingga dengan smartphone kita bisa memotret , merekam video, menonton , berkomunikasi video,suara,text,mendengarkan musik, berselancar di dunia maya, melakukan transaksi keuangan,membayar ,memesan alat transportasi , mengirim barang via kurir dan banyak hal lagi yang bisa dilakukan smartphone.

Bahkan hari ini kita lebih takut ketinggalan smartphone daripada ketinggalan dompet. Karena via smartphone kita bisa memesan makanan, membeli barang di online, memesan transportasi , melakukan transfer dan pembayaran dengan internet banking.

Namun anda sebagai karyawan tidak berubah , tetap setia di pekerjaan yang anda lakoni sesuai jurusan kuliah anda , bahkan tetap setia bekerja di perusahaan yang sama.

Media sosial juga sudah berubah dari jaman dulu sahabat pena , masuk ke era myspace,friendster, kemudian path , dan hari ini facebook, instagram,tiktok, snap, whatsapp .

Anda sebagai karyawan yang mencurahkan 100 persen waktu dan pikiran anda untuk pekerjaan tidak pernah mempunyai waktu untuk membangun jejaring networking .

Dari anda lulus kuliah sampai hari ini , anda praktis tidak menambah teman teman baru kecuali teman ex sekolah , teman ex kuliah dan teman teman kantor yang tentunya merupakan pesaing anda karena tidak ada kantor yang tidak memiliki intrik politik kantor.

Mendadak anda bingung di saat pandemi Covid 19, membabi buta bergabung bisnis MLM multilevel marketing atau menjadi agen asuransi jiwa karena diberikan janji kaya dari yang ngajak , padahal yang ngajak itu memberikan preview saja seperti kalau nonton film kita beli tiket bioskop dan nonton karena tergoda trailer film.

Dan 99 persen dari yang bergabung ke MLM dan asuransi jiwa gagal total dan endingnya pasrah berhemat habis habisan karena gaji dipotong bahkan tidak digaji , alias kembali ke awal , yakni takdir sebagai karyawan/karyawati.

Bagaimana mungkin anda yang menjadi karyawan/karyawati yang kutub spesialis, mencurahkan waktu 100 persen ke pekerjaan, tidak pernah meluangkan waktu membangun jejaring , bahkan tidak pernah meluangkan waktu bertemu untuk ngopi ngopi dengan teman teman ex sekolah atau ex kuliah , mendadak bisa sukses di MLM atau asurransi jiwa?

Anda saat bergabung di MLM atau asuransi jiwa sekarang dan mendadak menghubungi teman ex sekolah atau teman ex kuliah anda untuk menawarkan produk atau asuransi tentunya akan dipandang heran oleh teman yang anda tawarkan. Kok nga pernah ngobrol , nga pernah ngopi ngopi , mendadak pas ada maunya main nawarin barang saja , sudah pasti jualan anda ditolak dan hasilnya zonk.

Itulah realita anda sebagai karyawan/karyawati di era pandemi Covid 19.

Kalau anda sabar dan mau belajar , anda bisa kami bimbing untuk melepaskan diri dari kutub spesialis , beradapatasi dengan perubahan yang semakin cepat karena dalam 3 tahun ke depan internet sudah 5G dan semakin cepat kecepatan internet maka semakin banyak yang ngotot di kutub spesialis akan tumbang.

Anda bisa hubungi :

Yan – Asuransi Allianz

Whatsapp : 0821 8732 8732

Email : bahagia@berbahagia.com

<p value="<amp-fit-text layout="fixed-height" min-font-size="6" max-font-size="72" height="80"><amp-fit-text layout="fixed-height" min-font-size="6" max-font-size="72" height="80">