Fakta kehidupan bahwa seorang ayah pasti akan bekerja keras untuk membahagiakan anaknya yakni giat mencari nafkah supaya uang yang diperoleh banyak untuk membahagiakan anaknya . Masalahnya semakin giat mencari nafkah , maka semakin tidak ada waktu untuk anaknya. Inilah dilema kehidupan , hidup butuh uang dan membahagiakan anak butuh uang , namun untuk memperoleh uang tersebut , si ayah harus menukarkan waktunya dengan tenaga dan pikirannya . Jadi masa masa emas pertumbuhan anak tidak ditemanin oleh si ayah yang sibuk mencari uang.
Beriikut adalah kisah seorang anak yang sampai harus membeli waktu ayahnya supaya bisa ditemanin ayahnya dan bermain bersama ayahnya .
Seorang Ayah yang tinggal di pinggiran Jakarta dan bekerja di pusat kota Jakarta . Setiap pagi si Ayah harus sudah berada di balik kemudi sebelum jam 6 pagi untuk menghindari macet dan menghindari genap ganjil di pintu masuk tol . Si Anak masih terlelap tidur saat si Ayah berangkat kerja dan si Ayah biasanya sampai di rumah rata rata jam 9 malam saat si Anak sudah tidur. Hal demikian dilakukan si Ayah dari Senin sampai Jumat dan si Ayah juga ngantor pada hari Sabtu walaupun hanya setengah hari tapi si Ayah tetap berangkat pagi pagi di hari Sabtu dan pulang jam 6 sore di hari Sabtu.
Pada suatu hari, seorang Ayah pulang dari bekerja pukul 9 malam. Seperti hari-hari sebelumnya, hari itu sangat melelahkan baginya. Sesampainya di rumah ia mendapati anaknya yang berusia 8 tahun yang duduk di kelas 3 SD sudah menunggunya di depan pintu rumah. Sepertinya ia sudah menunggu lama.
âKok belum tidur?â sapa sang Ayah pada anaknya.
Biasanya si anak sudah lelap ketika ia pulang kerja, dan masih tidur ketika ia akan bersiap berangkat ke kantor di pagi hari.
âAku menunggu Papa pulang, karena aku mau tanya berapa sih gaji Papa?â, kata sang anak.
âLho, tumben, kok nanya gaji Papa segala? Kamu mau minta uang lagi ya?â, jawab sang ayah.
âAh, nggak pa, aku sekedar..pengin tahu ajaâŚâ kata anaknya.
âOke, kamu boleh hitung sendiri. Gaji Papa kalau dihitung per hari adalah Rp. 800 ribu . Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam . Setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi gaji Papa satu bulan berapa, hayo?!â, tanya sang ayah.
Si anak kemudian berlari mengambil kertas dari meja belajar sementara Ayahnya melepas sepatu dan mengambil minuman.
Ketika sang Ayah ke kamar untuk berganti pakaian, sang anak mengikutinya.
âJadi kalau satu hari Papa dibayar Rp 800.000 utuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp 80.000 per jam dong!â
âKamu pinter, sekarang tidur ya..sudah malam!â
Tapi sang anak tidak mau beranjak. âPapa, aku boleh pinjam uang Rp 20.000 nggak?â
âSudah malam nak, buat apa minta uang malam-malam begini. Sudah, besok pagi saja. Sekarang kamu tidurâ
âTapi papa..â
âSudah, sekarang tidurâ suara sang Ayah mulai meninggi.
Anak kecil itu berbalik menuju kamarnya.
Sang Ayah tampak menyesali ucapannya. Tak lama kemudian ia menghampiri anaknya di kamar. Anak itu sedang terisak-isak sambil memegang uang Rp 60.000.
Sambil mengelus kepala sang anak, Papanya berkata âMaafin Papa ya! Kenapa kamu minta uang malam-malam begini.. Besok kan masih bisa. Jangankan Rp.20.000, lebih dari itu juga boleh. Kamu mau pakai buat beli mainan khan?â
âPapa, aku ngga minta uang. Aku pinjamâŚnanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajanku.â
âIya..iya..tapi buat apa??â tanya sang Papa.
âAku menunggu Papa pulang hari ini dari jam 7 malam. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Satu jam saja pa, aku mohon. Mama sering bilang, kalau waktu Papa itu sangat berharga. Jadi aku mau beli waktu Papa. Aku buka tabunganku, tapi cuma ada uang Rp 60.000. Tadi Papa bilang, untuk satu jam Papa dibayar Rp 80.000.. Karena uang tabunganku hanya Rp.60.000,- dan itu tidak cukup, aku mau pinjam Rp 20.000 dari Papaâ .
Sang Papa cuma terdiam.
Ia kehilangan kata-kata. Ia pun memeluk erat anak kecil itu sambil menangis. Mendengar perkataan anaknya, sang Papa langsung terdiam, ia seketika terenyuh, kehilangan kata-kata dan menangis.
Ia lalu segera merangkul sang anak yang disayanginya itu sambil menangis dan minta maaf pada sang anak..
âMaafkan Papa sayangâŚâ ujar sang Papa.
âPapa telah khilaf, selama ini Papa lupa untuk apa Papa bekerja keras. Maafkan Papa anakkuâ kata sang Papa ditengah suara tangisnya.
Si anak hanya diam membisu dalam dekapan sang Papanya.
Ini adalah potret kehidupan sehari hari kita di kota Jakarta . Cari duit mati matian untuk keluarga. Tapi saat si anak dari kecil tumbuh dan menjadi remaja , kita tidak punya waktu untuk menemaninya. Golden moment kebersamaaan dengan anak terlewati dan saat anda pensiun dan sudah punya waktu, si anak sudah keburu remaja dan sudah tidak mau berpergian bersama orang tuanya lagi karena sudah memiliki teman teman seusia dalam pergaulannya.
Sudah berbahagiakah anda dengan rutinitas kerja anda selama ini ?
Whatsapp : 082187328732